SELAMAT DATANG DI BLOGGERNYA OSIS SMP PGRI 1 BANDUNG

Kamis, 01 Maret 2012

Saatya OSIS Belajar Berpolitik




Kita tahu bahwa OSIS merupakan organisasi terbesar di kalangan sekolah, sebab seluruh siswa yang ada dalam sekolah adalah anggota dari OSIS. Kinerja OSIS sangat berarti bagi sekolah, OSIS menaungi seluruh kegiatan ekskul yang terbentuk melalui kepengurusan OSIS.
Secara tak sengaja, saya sempat ngobrol dengan beberapa orang penting di sekolah ini tentang organisasi di sekolah ini. INGAT, ini hanya sekedar obrolan, kalau baik, ya… dipakai tapi kalau tidak baik, jangan dimasukkan ke hati sehingga saya tetap bisa belajar menulis dengan baik. Yang jelas, saya mencoba memberikan opini terbaik untuk kemajuan sekolah kita.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bertemu dengan mantan Wakasek Kesiswaan yang cukup berpengalaman. Saya sempat ngobrol dengan beliau tentang OSIS yang baru saja dilantik. Menurut beliau, kepengurusan OSIS baru sudah baik, hal ini terlihat dengan adanya greget dalam kepengurusan OSIS baru untuk menjadikan OSIS lebih maju. Sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik kalau didalamnya terdapat pribadi yang baik dan sikap yang mulia, karena OSIS selain sebagai wadah pembentukan jiwa kepemimpinan juga sebagai panutan bagi siswa yang lain. Itulah sekelumit obrolan yang dapat saya laporkan. Intinya, diperlukan orang berkepribadian dan punya sikap mulia.
Masalah lain yang sempat kami obrolkan adalah tentang jalannya perekrutan pengurus baru. Kalau kita mencoba mengkaji secara luas, OSIS kita anggap sebuah pemerintahan di sebuah negara. Karena kita tinggal di Indonesia, ya kita harus berkiblat pada sistem demokrasi Pancasila. Saya tidak tahu persis dan belum sempat bertanya, sebenarnya petunjuk pelaksaan kegiatan OSIS itu ada aturan khususnya dari pusat, atau hanya sekedar hak pribadi sekolah. Yang jelas, menurut saya, OSIS adalah tempat untuk belajar organisasi dan berpolitik gaya sekolah.
Dari masa ke masa, cara pemilihan kepala negara, gubernur, dan bupati memang sudah berubah. Seiring dengan hembusan angin reformasi sejak tahun 1998, sehingga muncul pemilihan langsung, demikian pula OSIS, saat ini pemilihan pengurus OSIS juga dipilih langsung, tidak seperti dulu sebelum tahun 1998. Persisnya, pemilihan OSIS, khususnya ketua, hampir mirip pemilihan Presiden. Jika Presiden dipilih oleh MPR dan DPR, ketua OSIS dipilih oleh MPK (Majelis Perwakilan Kelas).
Kini Presiden dipilih langsung oleh rakyat dan Ketua OSIS pun demikian. Jadi, sangat cocok kalau di OSIS kita belajar mengendalikan roda pemerintahan. Untuk itu, perlu kajian yang mendalam mulai proses pencalonan. Kalau kita belajar kenapa tidak semuanya, mengapa harus setengah-setengah? Sebab menurut saya, pemilihan OSIS perlu dirombak. Untuk pemilihan langsung, memang sudah demokratis, tapi bagaimana dengan proses pencalonan mereka? Mengapa sampai si C bisa ikut orasi mengkampanyekan dirinya? Siapa yang mencalonkan? Dari kubu mana? Didukung oleh partai apa? Ya, kalau sekolah bukan partai, tapi bisa diganti dari kelas atau kelompok ekstrakurikuler.
Saya pernah punya pemikiran, kalau Presiden, Gubernur, atau Bupati dicalonkan oleh partai dan diberi kesempatan untuk kampanye, serta menghimpun dukungan dari rakyat, bahkan menggelar dialog dengan rakyat. Bagaimana dengan OSIS? Mengapa OSIS tidak? Kita bisa melibatkan kelompok – kelompok ekstrakurikuler, kita anggap saja kelompok ekskul itu partai politik. Jadi yang berhak maju dalam bursa calon ketua OSIS nantinya berasal dari kelompok – kelompok ekstra, mengapa harus demikian? Karena ekstrakurikuler adalah jantungnya kegiatan di sekolah, jika seseorang itu berasal dari sana, paling tidak dia bisa memperjuangkan kelompoknya dan tahu betul bagaimana membuat perencanaan program kerja kedepan, serta bisa menjadi wadah untuk menggelar berbagai kegiatan.
Singkatnya, mereka yang menginginkan menjadi pengurus OSIS, khususnya ketua OSIS, harus mengikuti ekstrakurikuler, ya… minimal satu macam dan ditunjuk oleh kelasnya melalui musyawarah siswa dan wali kelas. Untuk calon pengurus OSIS, khususnya yang menjadi pengurus seksi, di OSIS mungkin cukup ditunjuk oleh kelas, tapi untuk ketua OSIS mutlak harus dicalonkan oleh kelas dan ekstra tertentu.
Setelah itu, harus mengikuti tes adminsitrasi dan lain-lain. Saya pernah bertanya kepada salah seorang guru, dulu ketika masih era Orde Baru, untuk menjadi pengurus OSIS, setelah ditunjuk oleh kelas, dia harus mengikuti tes administrasi dan diwajibkan membuat sebuah karya tulis yang temanya ditentukan oleh Panitia Penyelanggara Pemilihan yaitu pengurus MPK yang baru. Tema-tema yang diambil intinya adalah bagaimana menjadikan sekolah ini lebih maju melalui kegiatan – kegiatan dan program – program yang direncanakan.
Sekarang mungkin sudah berubah, tentunya harus berubah lebih baik dan semakin maju. Tapi menurut saya itu bukan hal yang basi jika haeus diterapkan saat ini. Selain tes tulis, tes mental, dan wawancara, menurut saya perlu adanya tes psikologi. Ya… kita bisa meminta bantuan ahlinya, sehingga akan kelihatan apa tujuan mereka mengikuti pencalonan ini. Dan mereka yang akan maju mencalonkan ketua OSIS juga akan kelihatan sifat karakter cocok atau tidak menjadi seorang pemimpin.
Tes psikologi bisa dijadikan referensi, hitung – hitung kita bisa merasakan bagaimana tes psikologi. Sebab saat ini, untuk masuk dunia kerja, AKPOL, atau AKMIL, pasti akan ada tes psikologi dan rata – rata banyak yang jatuh dalam tes ini. Mengapa kita tidak mencoba hal seperti itu. Hampir semua sendi kehidupan mengadakan tes psikologi. Itu termasuk tahap penyeleksian calon pengurus OSIS secara administratif, yang menurut pemikiran saya sangat efektif untuk saat ini.
Setelah lolos tes tersebut siapa yang akan maju menjadi CKO, Calon Ketua OSIS…? Dari sini kita bisa menerapkan ilmu PPKn, yaitu belajar berpolitik sehat, bukankah sekarang jamannya KBK?
Sudah saya terangkan di atas, bahwa syarat untuk menjadi Ketua OSIS harus didukung oleh kelas dan kelompok ekstrakurikuler, dengan harapan mereka punya basis dan pendukung yang kuat. Dengan ini, calon merupakan figur yang dikenal dan diinginkan oleh siswa. Kalaupun meraka yang masuk dalam daftar CKO tidak punya dukungan dari kelompok ekskul, panitia harus memberi kesempatan untuk mencari dukungan, ya… anggap saja ada masa kampanye. Atau kelompok-kelompok ekskul bisa mengusulkan kandidat ketua OSIS dari ekskul itu sendiri sehingga kepentingan ekskul bisa diperjuangkan.
Selain didukung oleh kelompok ekskul menurut saya dia juga harus didukung oleh beberapa orang guru selain wali kelas, sebab untuk ke depannya, pasti mereka akan sering berurusan dengan guru – guru. Peran guru sangat penting ketika nantinya, dia menjalankan roda pemerintahan OSIS.
Jika seorang guru mendukung, pastilah dengan pemikiran yang matang. Seandainya nanti di tengah jalan, anak -anak OSIS ini melenceng atau mendapat nilai jelek atau bermasalah, guru itu bisa mengingatkan dan menegur. Sekalipun itu bisa dilakukan oleh semua guru, toh hasilnya akan tetap beda.
Mungkin ini sedikit sumbangsih pemikiran dari saya, yang jelas peran dan dukungan kelas, kelompok ekskul, wali kelas, dan guru sangat luar biasa berpengaruh.
Mengapa demikian? Sebab kondisi lapangan sangat berbeda, dan yang terlihat saat ini pengurus OSIS didominasi oleh kelas satu dan pengurus harian OSIS juga didominasi oleh beberapa kelas tertentu. Apa masalahnya? Saya tidak mau menebak hal negatif, positif thinking saja. Apa yang lain tidak mau? Banyak sudut pandang yang bisa dijadikan alasan. Menurut pantauan saya, selain banyak kelas satu yang menjadi pengurus, banyak siswa kelas 2 yang dulu sempat menjadi pengurus sekarang ogah-ogahan ikut lagi. Sangatlah tidak etis jika saya harus menuding siapa mereka. Pasti pembaca bisa menebak sendiri. Lalu, bagaimana sekolah menanggapi masalah ini? Apakah kedepan OSIS juga akan bernasib sama? Ya, tunggu saja. Perlu dicari tahu.
Tapi saya salut, pada kalian yang sekarang jadi pengurus, saya yakin kalian semua bisa memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Saya bukan bermaksud meremehkan, masalahnya mengapa yang kelas 2  hanya sedikit yang berminat? Ini yang menjadi catatan saya. Kalau ini dibiarkan terus menerus, apa yang terjadi? Tapi jika tahun depan banyak yang kelas 2, justru sangat bagus karena kalian akan lebih siap dan berpengalaman.
Nah…. Sampai di sini dulu ya, saya berharap agar kita semua tetap bersemangat. Ini adalah proses menuju pada pendewasaan cara berfikir dalam belajar berorganisasi di sekolah. Sebagai warga yang baik, saya dan yang lain sangat mendukung dan selalu mensupport kegiatan positif yang diadakan pengurus OSIS, ya tentunya lewat partisipasi kita dong, ya nggak …?! Kalau kita ingin OSIS SMA maju, kita sendiri juga harus siap maju. Jangan lupa saya dan kamu semua anggota OSIS…Key…
MPK adalah kepanjangan dari Majelis Perwakilan Kelas. MPK jabatannya lebih tinggi dari OSIS. Karena yang menentukan kandidat ketua OSIS adalah MPK. Untuk itu banyak sekali tugas-tugas penting yang diemban MPK. Mulai dari pemilihan sampai laporan akhir OSIS, MPK sering ikut di dalamnya. MPK bertanggungjawab atas OSIS. Jika ada OSIS yang ada masalah mengenai organisasi maka MPK wajib membantu. Jika ada OSIS yang tidak konsisten dengan pekerjaannya, maka MPK wajib dan berhak untuk mengeluarkannya dari organisasi (OSIS). MPK senantiasa memantau anak buahnya dalam menjalankan kegiatan dan tugasnya. MPK berhak menegur OSIS dan juga harus bertanggungjawab atas kegiatan OSIS.

0 komentar: