Kita tahu bahwa OSIS merupakan organisasi terbesar di
kalangan sekolah, sebab seluruh siswa yang ada dalam sekolah adalah
anggota dari OSIS. Kinerja OSIS sangat berarti bagi sekolah, OSIS
menaungi seluruh kegiatan ekskul yang terbentuk melalui kepengurusan
OSIS.
Secara tak sengaja, saya sempat ngobrol dengan beberapa orang penting
di sekolah ini tentang organisasi di sekolah ini. INGAT, ini hanya
sekedar obrolan, kalau baik, ya… dipakai tapi kalau tidak baik, jangan
dimasukkan ke hati sehingga saya tetap bisa belajar menulis dengan baik.
Yang jelas, saya mencoba memberikan opini terbaik untuk kemajuan
sekolah kita.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bertemu dengan mantan Wakasek
Kesiswaan yang cukup berpengalaman. Saya sempat ngobrol dengan beliau
tentang OSIS yang baru saja dilantik. Menurut beliau, kepengurusan OSIS
baru sudah baik, hal ini terlihat dengan adanya greget dalam
kepengurusan OSIS baru untuk menjadikan OSIS lebih maju. Sebuah
organisasi bisa berjalan dengan baik kalau didalamnya terdapat pribadi
yang baik dan sikap yang mulia, karena OSIS selain sebagai wadah
pembentukan jiwa kepemimpinan juga sebagai panutan bagi siswa yang lain.
Itulah sekelumit obrolan yang dapat saya laporkan. Intinya, diperlukan
orang berkepribadian dan punya sikap mulia.
Masalah lain yang sempat kami obrolkan adalah tentang jalannya
perekrutan pengurus baru. Kalau kita mencoba mengkaji secara luas, OSIS
kita anggap sebuah pemerintahan di sebuah negara. Karena kita tinggal di
Indonesia, ya kita harus berkiblat pada sistem demokrasi Pancasila.
Saya tidak tahu persis dan belum sempat bertanya, sebenarnya petunjuk
pelaksaan kegiatan OSIS itu ada aturan khususnya dari pusat, atau hanya
sekedar hak pribadi sekolah. Yang jelas, menurut saya, OSIS adalah
tempat untuk belajar organisasi dan berpolitik gaya sekolah.
Dari masa ke masa, cara pemilihan kepala negara, gubernur, dan bupati
memang sudah berubah. Seiring dengan hembusan angin reformasi sejak
tahun 1998, sehingga muncul pemilihan langsung, demikian pula OSIS, saat
ini pemilihan pengurus OSIS juga dipilih langsung, tidak seperti dulu
sebelum tahun 1998. Persisnya, pemilihan OSIS, khususnya ketua, hampir
mirip pemilihan Presiden. Jika Presiden dipilih oleh MPR dan DPR, ketua
OSIS dipilih oleh MPK (Majelis Perwakilan Kelas).
Kini Presiden dipilih langsung oleh rakyat dan Ketua OSIS pun
demikian. Jadi, sangat cocok kalau di OSIS kita belajar mengendalikan
roda pemerintahan. Untuk itu, perlu kajian yang mendalam mulai proses
pencalonan. Kalau kita belajar kenapa tidak semuanya, mengapa harus
setengah-setengah? Sebab menurut saya, pemilihan OSIS perlu dirombak.
Untuk pemilihan langsung, memang sudah demokratis, tapi bagaimana dengan
proses pencalonan mereka? Mengapa sampai si C bisa ikut orasi
mengkampanyekan dirinya? Siapa yang mencalonkan? Dari kubu mana?
Didukung oleh partai apa? Ya, kalau sekolah bukan partai, tapi bisa
diganti dari kelas atau kelompok ekstrakurikuler.
Saya pernah punya pemikiran, kalau Presiden, Gubernur, atau Bupati
dicalonkan oleh partai dan diberi kesempatan untuk kampanye, serta
menghimpun dukungan dari rakyat, bahkan menggelar dialog dengan rakyat.
Bagaimana dengan OSIS? Mengapa OSIS tidak? Kita bisa melibatkan kelompok
– kelompok ekstrakurikuler, kita anggap saja kelompok ekskul itu partai
politik. Jadi yang berhak maju dalam bursa calon ketua OSIS nantinya
berasal dari kelompok – kelompok ekstra, mengapa harus demikian? Karena
ekstrakurikuler adalah jantungnya kegiatan di sekolah, jika seseorang
itu berasal dari sana, paling tidak dia bisa memperjuangkan kelompoknya
dan tahu betul bagaimana membuat perencanaan program kerja kedepan,
serta bisa menjadi wadah untuk menggelar berbagai kegiatan.
Singkatnya, mereka yang menginginkan menjadi pengurus OSIS, khususnya
ketua OSIS, harus mengikuti ekstrakurikuler, ya… minimal satu macam dan
ditunjuk oleh kelasnya melalui musyawarah siswa dan wali kelas. Untuk
calon pengurus OSIS, khususnya yang menjadi pengurus seksi, di OSIS
mungkin cukup ditunjuk oleh kelas, tapi untuk ketua OSIS mutlak harus
dicalonkan oleh kelas dan ekstra tertentu.
Setelah itu, harus mengikuti tes adminsitrasi dan lain-lain. Saya
pernah bertanya kepada salah seorang guru, dulu ketika masih era Orde
Baru, untuk menjadi pengurus OSIS, setelah ditunjuk oleh kelas, dia
harus mengikuti tes administrasi dan diwajibkan membuat sebuah karya
tulis yang temanya ditentukan oleh Panitia Penyelanggara Pemilihan yaitu
pengurus MPK yang baru. Tema-tema yang diambil intinya adalah bagaimana
menjadikan sekolah ini lebih maju melalui kegiatan – kegiatan dan
program – program yang direncanakan.
Sekarang mungkin sudah berubah, tentunya harus berubah lebih baik dan
semakin maju. Tapi menurut saya itu bukan hal yang basi jika haeus
diterapkan saat ini. Selain tes tulis, tes mental, dan wawancara,
menurut saya perlu adanya tes psikologi. Ya… kita bisa meminta bantuan
ahlinya, sehingga akan kelihatan apa tujuan mereka mengikuti pencalonan
ini. Dan mereka yang akan maju mencalonkan ketua OSIS juga akan
kelihatan sifat karakter cocok atau tidak menjadi seorang pemimpin.
Tes psikologi bisa dijadikan referensi, hitung – hitung kita bisa
merasakan bagaimana tes psikologi. Sebab saat ini, untuk masuk dunia
kerja, AKPOL, atau AKMIL, pasti akan ada tes psikologi dan rata – rata
banyak yang jatuh dalam tes ini. Mengapa kita tidak mencoba hal seperti
itu. Hampir semua sendi kehidupan mengadakan tes psikologi. Itu termasuk
tahap penyeleksian calon pengurus OSIS secara administratif, yang
menurut pemikiran saya sangat efektif untuk saat ini.
Setelah lolos tes tersebut siapa yang akan maju menjadi CKO, Calon
Ketua OSIS…? Dari sini kita bisa menerapkan ilmu PPKn, yaitu belajar
berpolitik sehat, bukankah sekarang jamannya KBK?
Sudah saya terangkan di atas, bahwa syarat untuk menjadi Ketua OSIS
harus didukung oleh kelas dan kelompok ekstrakurikuler, dengan harapan
mereka punya basis dan pendukung yang kuat. Dengan ini, calon merupakan
figur yang dikenal dan diinginkan oleh siswa. Kalaupun meraka yang masuk
dalam daftar CKO tidak punya dukungan dari kelompok ekskul, panitia
harus memberi kesempatan untuk mencari dukungan, ya… anggap saja ada
masa kampanye. Atau kelompok-kelompok ekskul bisa mengusulkan kandidat
ketua OSIS dari ekskul itu sendiri sehingga kepentingan ekskul bisa
diperjuangkan.
Selain didukung oleh kelompok ekskul menurut saya dia juga harus
didukung oleh beberapa orang guru selain wali kelas, sebab untuk ke
depannya, pasti mereka akan sering berurusan dengan guru – guru. Peran
guru sangat penting ketika nantinya, dia menjalankan roda pemerintahan
OSIS.
Jika seorang guru mendukung, pastilah dengan pemikiran yang matang.
Seandainya nanti di tengah jalan, anak -anak OSIS ini melenceng atau
mendapat nilai jelek atau bermasalah, guru itu bisa mengingatkan dan
menegur. Sekalipun itu bisa dilakukan oleh semua guru, toh hasilnya akan
tetap beda.
Mungkin ini sedikit sumbangsih pemikiran dari saya, yang jelas peran
dan dukungan kelas, kelompok ekskul, wali kelas, dan guru sangat luar
biasa berpengaruh.
Mengapa demikian? Sebab kondisi lapangan sangat berbeda, dan yang
terlihat saat ini pengurus OSIS didominasi oleh kelas satu dan pengurus
harian OSIS juga didominasi oleh beberapa kelas tertentu. Apa
masalahnya? Saya tidak mau menebak hal negatif, positif thinking saja.
Apa yang lain tidak mau? Banyak sudut pandang yang bisa dijadikan
alasan. Menurut pantauan saya, selain banyak kelas satu yang menjadi
pengurus, banyak siswa kelas 2 yang dulu sempat menjadi pengurus
sekarang ogah-ogahan ikut lagi. Sangatlah tidak etis jika saya harus
menuding siapa mereka. Pasti pembaca bisa menebak sendiri. Lalu,
bagaimana sekolah menanggapi masalah ini? Apakah kedepan OSIS juga akan
bernasib sama? Ya, tunggu saja. Perlu dicari tahu.
Tapi saya salut, pada kalian yang sekarang jadi pengurus, saya yakin
kalian semua bisa memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Saya bukan
bermaksud meremehkan, masalahnya mengapa yang kelas 2 hanya sedikit
yang berminat? Ini yang menjadi catatan saya. Kalau ini dibiarkan terus
menerus, apa yang terjadi? Tapi jika tahun depan banyak yang kelas 2,
justru sangat bagus karena kalian akan lebih siap dan berpengalaman.
Nah…. Sampai di sini dulu ya, saya berharap agar kita semua tetap
bersemangat. Ini adalah proses menuju pada pendewasaan cara berfikir
dalam belajar berorganisasi di sekolah. Sebagai warga yang baik, saya
dan yang lain sangat mendukung dan selalu mensupport kegiatan positif
yang diadakan pengurus OSIS, ya tentunya lewat partisipasi kita dong, ya
nggak …?! Kalau kita ingin OSIS SMA maju, kita sendiri juga harus siap
maju. Jangan lupa saya dan kamu semua anggota OSIS…Key…
MPK adalah kepanjangan dari Majelis Perwakilan Kelas. MPK jabatannya
lebih tinggi dari OSIS. Karena yang menentukan kandidat ketua OSIS
adalah MPK. Untuk itu banyak sekali tugas-tugas penting yang diemban
MPK. Mulai dari pemilihan sampai laporan akhir OSIS, MPK sering ikut di
dalamnya. MPK bertanggungjawab atas OSIS. Jika ada OSIS yang ada masalah
mengenai organisasi maka MPK wajib membantu. Jika ada OSIS yang tidak
konsisten dengan pekerjaannya, maka MPK wajib dan berhak untuk
mengeluarkannya dari organisasi (OSIS). MPK senantiasa memantau anak
buahnya dalam menjalankan kegiatan dan tugasnya. MPK berhak menegur OSIS
dan juga harus bertanggungjawab atas kegiatan OSIS.
0 komentar:
Posting Komentar